PERANG KHANDAQ (Perang Ahzab) Oleh : DEWI MUTIARSIH, SE JKM-A 11
KAPAN TERJADINYA ?
Perang Khandak terjadi dalam bulan Syawal tahun ke 4 Hijriah Perang Khandak disebut juga “Perang Ahzab”, karena Ahzab artinya Golongan yang bersekutu, yaitu peperangan antara kaum Muslimin dengan kaum musyrikin Quraisy be-serta sekutu-sekutunya ( kaum Yahudi dan kabilah-kabilah Arab lain). Perang Khandak merupakan salah satu peperangan besar yang menentukan perkembangan dakwah agama Islam dan amat besar pengaruhnya dalam Sejarah Islam dan kaum muslimin. Dalam peperangan tersebut kaum Muslimin menghadapi cobaan berat. Hal itu dapat digambarkan dalam firman Allah QS Al Ahzab : 9 - 11
APA PENYEBABNYA ?
Perang Khandak terjadi atas dorongan dan hasutan kaum Yahudi. Sekelompok orang Yahudi Bani Nadhir disertai beberapa orang dari kabilah Arab Bani Wa’il pergi ke Mekkah menemui orang-orang musyrikin Quraisy. Mereka menghasut pemimpin-pemimpin Quraisy supaya memerangi Rasulullah SAW di Madinah. Setelah menghasut kaum musyrikin Quraisy, mereka lalu mendatangi kabilah Gathafan, selain itu mereka juga giat mendatangi kabilahkabilah Arab disekitar Mekkah dengan maksud yang sama.
Strategi Kaum Quraisy Mereka menyepakati bahwa pasukan gabungan yang akan dikerahkan ke Madinah berkekuatan 10.000 orang, dengan rincian : 4.000 orang tentara Quraisy 6.000 orang tentara kabilah Gathafan Sedangkan kaum Yahudi akan menyerahkan hasil perkebunan kurma di Khaibar selama 1 tahun kepada kabilah-kabilah yang dikerahkan Bani Gathafan. Semua pihak sepakat menyerahkan pimpinan angkatan bersenjata kepada Abu Sufyan bin Harb seorang tokoh Quraisy yang terkenal paling gigih memusuhi Rasulullah SAW dan kaum Muslimin.
STRATEGI RASULULLAH
Kaum Muslimin bersiap siaga dan tetap bertahan di dalam kota Madinah dengan pasukan berkekuatan 4.000 orang Atas usul Salman Al-Farisiy, kaum Muslimin menggali parit-parit di daratan barat laut Madinah, yaitu sebuah daerah terbuka yang besar sekali kemungkinannya dilalui bala tentara “Ahzab” dalam gerakan penyerbuan nya ke dalam kota Madinah. Dalam melaksanakan pekerjaan besar dan berat itu Rasul menetapkan jatah tiap 10 orang harus menyelesai kan penggalian parit sepanjang 40 hasta. Panjang parit seluruhnya + 5.000 hasta, berkedalaman 7 – 10 hasta dan lebar lebih dari 9 hasta.
Kondisi kaum Muslimin selama penggalian parit
Udara musim dingin yang menembus hingga ke tulang serta tidak mempunyai hamba sahaya untuk di suruh bekerja mengantikan mereka,namun tidak menyurutkan semangat kaum muslimin . Bekal persediaan makanan yang minim membuat kaum muslimin menahan lapar dengan cara mengganjal perut mereka dengan beberapa buah batu. Seperti sebuah riwayat dari Abu Thalhah yang menuturkan pengalamannya sbb : “ Ketika kami mengeluh kelaparan kepada rasulullah, sambil kami mengganjal perut kami dengan beberapa buah batu, namun kami menyaksikan Rasulullah sendiri juga mengganjal perutnya dengan dua buah batu”. Satu hal yang mengagumkan , dalam keadaan seberat itu mereka tetap bekerja dengan gembira, berpuji syukur kepada Allah, bersenandung dan tidak mengharapkan apa-apa selain keridhoan Allah dan Rasul-Nya.
MUKJIZAT YANG DIALAMI SELAMA PENGGALIAN PARIT
Sebuah riwayat dari Al-Barra bin Azib Al-Anshariy r.a diketengahkan oleh Al Baihaqi sbb : Pada saat kaum muslimin menggali parit mereka melihat sebuah batu besar yang tidak dapat dipecahkan dengan cangkul atau beliung mereka. Mereka memberitahukan hal itu kepada Rasulullah saw. Dengan 3 kali ayunan beliung Rasul, batu besar itu hancur berkeping-keping. Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Jabir bin Abdullah, ia berkata “ Ketika kami sedang menggali parit pada perang khandak kami menemukan tanah yang keras, maka mereka mengadukan kepada Rasul , kemudian beliau menjawabnya “ Biarlah aku sendiri yang mencangkulnya !” Lalu Rasulullah mencangkulnya, ternyata tanah sekeras itu berubah menjadi lunak bagaikan onggokan pasir.
Jabir bin Abdullah melihat Rasulullah kelaparan yang luar biasa, maka Jabir menyembelih seekor kambing , sementara istrinya menggiling satu sha’ gandum, kemudian dimasukan kedalam tungku dan diberi kuah. Secara sembunyisembunyi Jabir mengajak Rasulullah dan beberapa orang sahabat saja untuk makan dirumahnya (karena khawatir tidak cukup) , namun Rasulullah datang bersama rombongan kaum Muhajirin dan Anshor.Tetapi anehnya, makanan sekuali yang tidak seberapa besar itu tidak kunjung habis dimakan berpuluh-puluh orang. Bahkan setelah semuanya kenyang masih ada sisa yang bisa dimakan istri Jabir dan juga dapat dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Saudara perempuan Nu’man bin Basyir membawa sekeranjang kurma ke parit untuk dimakan oleh ayah dan pamannya saja, dia berjalan melewati Rasulullah , maka Beliau meminta kepadanya beberapa butir kurma, kemudian beliau letakkan diatas baju, lalu memanggil seluruh penggali parit , maka mereka semua makan kurma tersebut. Tapi anehnya seakan-akan kurma itu tidak habis-habisnya sampai semua penggali parit pergi meninggalkan beliau, malahan sampai kurma berjatuhan dari ujung-ujung baju Rasulullah.. ( Ibnu Hisyam, II/218)
AKHIRNYA DATANG JUGA….. Beberapa hari setelah penggalian parit selesai, bala tentara Quraisy yang berke-kuatan 10.000 orang tampak sedang maju mendekati Madinah. Kaum Muslimin siap siaga mempertahankan kota Madinah. Rasulullah membawa pasukannya sampai ke Gunung Sila’, mereka menjadikannya sebagai benteng pertahanan. Akhirnya pasukan ke dua belah pihak pun saling berhadapan. , hanya dipisahkan oleh parit-parit pertahanan kaum Muslimin. Melihat pasukan Musyrikin yang demikian besar dan kuat, Rasulullah berniat untuk memperkecil kekuatan musuh agar dapat meringankan beban derita yang dipikul kaum Anshor akibat perang. Beliau berniat hendak memecah pasukan lawan dengan jalan mengadakan perjanjian damai dengan kabilah Bani Ghathafan yang membawahi 6.000 orang prajurit , atas dasar persyaratan : 1. Bani Ghathafan harus menarik kembali semua pasukannya dari medan perang 2. Sebagai imbalan Rasulullah SAW akan menyerahkan kepada mereka sepertiga hasil panen kaum Madinah. Akan tetapi beliau membatalkan niatnya setelah kaum Anshar yang diwakili oleh Sa’ad bin Ubadah dan Sa’ad bin Muadz bertekad menghadapi musuh sampai titik darah penghabisan.
PERTEMPURAN DIMULAI Beberapa hari bala tentara ‘Ahzab’ mengepung kota Madinah, sedang kaum Muslimin siap siaga bertahan didalam kota Madinah,namun tdk terjadi pertempuran. Kaum Musyrikin tidak memperkirakan sama sekali taktik yang dibuat oleh kaum Muslimin. Mereka menggerutu dan tampak sibuk mencari-cari bagian parit yang agak dangkal dan sempit agar bisa mereka lewati, sementara itu kaum Muslimin memperhatikan kaum musyrikin sambil menghujani panah ,sehingga kaum musyrikin tidak berani mendekati parit tersebut apalagi melewatinya. Namun akhirnya seorang prajurit berkuda yang terkenal ulung dikalangan kaum musyrikin ,Amr Ibnu Abdu Wudd diikuti Ikrimah bin Abu Jahl menyebrangi parit sambil menantang Ali bin Abi Thalib untuk berduel. Lalu terjadilah pertarungan sengit diantara keduanya, beberapa saat kemudian Amr bin Abdu Wudd terkulai diatas tanah berlumuran darah dan badannya terbelah dua.Melihat ‘Amr tewas diujung pedang Ali bin Abi Thalib,Ikrimah lari terbirit-birit dan meninggalkan tombaknya . Usaha kaum musyrikin menyebrangi parit berhari-hari, begitu juga halnya dengan usaha kaum Muslimin dalam mempertahankannya, hanya saja karena adanya parit yang menghalangi kedua kubu, sehingga tidak memungkinkan terjadinya perang terbuka melainkan hanya saling memanah saja. Dalam perang saling memanah ini jatuh korban 6 orang kaum Muslimin dan 12 orang dari kaum musyrikin. Sa’ad bi Muadz terkena panah sehingga memutuskan urat lengannya karena terkena panah prajurit kaum musyrikin , Hiban bin Al’Irqah.
Penghianatan Bani Quraizhah ►
►
Atas hasutan Huyai bin Akhthab ( pemimpin Bani Andhir, salah satu sekutu “Ahzab”), Bani Quraizhah yang telah melakukan perjanjian dengan Rasulullah untuk membela kaum Muslimin jika diserang oleh musuh , membelot dan berpartisipasi membela kaum musyrikin. Bani Quraizhah telah memutuskan perjanjian yang telah disepakati dengan Rasulullah dan hendak memerangi kaum muslimin, sementara itu tidak ada yang menjaga kaum wanita dan anak-anak yang berada di dalam benteng pertahanan karena Rasulullah dan kaum Muslimin sedang menghalau musuh. Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah memberikan pengaruh sangat besar dalam menjaga keselamatan anak-anak dan kaum wanita Muslim. Karena atas usahanya orang-orang Yahudi menyangka bahwa benteng-benteng itu selalu dijaga pasukan Muslim, padahal tidak terjaga sama sekali. Penghianatan ini membawa kaum Muslimin pada kondisi yang amat sulit, karena tidak ada lagi yang menghalangi antara kaum Muslimin dan Bani Quraizhah apabila mereka ingin menyerang dari belakang, sementara dihadapan mereka ada pasukan yang belum berhasil mereka usir dari sekitar parit , selain itu tempat anak –anak dan istri mereka sangat dekat sekali dengan perkampungan Bani Quraizhah-yang berhianattanpa adanya penjagaan dan perlindungan yang memadai. Kondisi ini digambarkan oleh Allah dalam Qs Al Ahzab ; 10 -11.
Pertolongan Allah •
Dalam suasana kaum muslimin sedang tegang dan khawatir menghadapi serbuan musuh, Allah memberikan pertolonganNya melalui seorang lelaki dari Bani Ghathafan yang bernama Nu’aim bin Mas’ud. Ia meloloskan diri dari pasukan musyrikin dan menghadap Rasulullah. Kepada Rasulullah, Nu’aim mengatakan bahwa ia telah memeluk agama Islam namun tidak seorang pun yang mengetahuinya.
•
Untuk membuktikan kesetiaannya kepada Islam dan kaum Muslimin, Nu’aim melakukan adu domba terhadap pasukan Al Ahzab sebagai tipu muslihat dan sebagai salah satu upaya menggagalkan penyerbuan pasukan “Ahzab” ke dalam kota Madinah. Pada akhirnya terjadilah perpecahan di antara 3 pihak, dan dengan perpecahan itu mereka tidak dapat mengambil keputusan kapan hendak mulai menyerbu Madinah.
•
Tampaknya upaya Nu’aim memperoleh keridhoan Allah SWT. Setelah hampir satu bulan pasukan Ahzab mengepung kota Madinah, pada malam hari yang sangat dingin , datanglah angin topan amat dahsyat dan mengerikan menyerang pasukan “Ahzab”. Perkemahan mereka porak poranda diterbangkan angin putting beliung. Masingmasing berusaha menyelamatkan diri. Bekal makanan dan air minum mereka pun habis. Atas instruksi pemimpin pasukan “Ahzab”, Abu Sufyan bin Harb, semua pasukan pulang meninggalkan daerah yang telah porak – poranda.
•
Keesokan harinya Hudzaifah bin Al Yaman , yang ditugasi Rasulullah SAW, mengamati gerak-gerik pasukan “Ahzab” melapor bahwa pasukan “Ahzab” sudah tidak tampak lagi, semuanya sudah lari. Kaum Muslimin selamat dari mara bahaya, masing-masing pulang ke tengah keluarganya dengan perasaan syukur.
PENUTUP •
Sesungguhnya perang Khandaq bukanlah peperangan yang penuh dengan kerugian di kedua belah pihak, melainkan perang urat syaraf, dimana tidak ada peperangan yang sengit, Namun perang Khandaq merupakan perang yang sangat menentukan sepanjang sejarah Islam, yang melahirkan perpecahan di barisan kaum musyrikin dan memberikan petunjuk bahwa kekuatan apapun dari kekuatan bangsa Arab pada saat itu tidak akan mampu memusnahkan kekuatan Islam meskipun lebih kecil dibandingkan pasukan sekaliber pasukan “Ahzab”. “ Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan mereka sangat jengkel tidak memperoleh keuntungan apapun juga. Allah menghindarkan orang-orang yang beriman dari peperangan ( yakni mereka tidak perlu berperang lagi melawan pasukan Ahzab). Sungguhlah Allah Maha Kuat Lagi Maha Jaya” (Qs. Al-Ahzab ; 25)
Bilahit
Taufiq Wal Hidayah.. Wasalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Kebenaran itu datangnya dari Allah. Jika ada kesalahan , semata-mata itu ada kehilafan saya sebagai manusia. Mohon dimaafkan.