PEDOMAN SISTEM UTILITAS RUMAH SAKIT UMUM QUEEN LATIFA TAHUN 2018
I.
DEFINISI Sistem utilitas menyiapkan pelayanan penting yang dibutuhkan oleh RSU Queen Latifa untuk mendukung standar pelayanan pasien yang berkualitas tinggi dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan biaya yang efektif. Dokumen ini mengidentifikasi Perencanaan Manajemen Utilitas yang digunaan untuk memastikan bahwa layanan penting ini selalu tersedia.
II.
TUJUAN Fasilitas dan Konstruksi haru mempunyai perencanaan pengelolaan utilitas.
III.
RUANG LINGKUP Perencanaa ini berlaku di RSU Queen Latifa
IV.
TATA LAKSANA Manajer Penunjang Non Medis bertanggungjawab atas istrasi dan manajemen dari perencanaan sistem utilitas. Manajer Penunjang Non Medis mendapat pemberitahuan mengenai status program
Pengelolaan
Sistem
Utilitas
oleh
staf
maintenance
yang
bertanggungjawab untuk sistem utilitas tertentu. Manajer Penunjang Non Medis mereview dan jika diperlukan mengkomunikasikan tentang isu-isu kunci kepada staf yang sesuai. Manajer Penunjang Non Medis bekerjasama dengan Manajer Keuangan dan Aset untuk menetapkan anggaran Program Manajemen Sistem Utilitas. Manajer Penunjang Non Medis bekerja dibawah pengawasan Kepala Bidang Umum, SDM dan Penunjang dan bertanggungjawab untuk pemeliharaan secara keseluruhan fasilitas dan pengelolaan kontraktor yang menyediakan berbagai layanan. Pemeliharaan korektif dan perbaikan dilakukan dengan
perintah kerja yang dihasilkan dari permintaan atau diidentifikasi oleh program pemeliharaan preventif. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan preventif dilakukan sesuai jadwal oleh program manajemen pemeliharaan. Kepala Unit bertanggungjawab untuk mengorientasikan staf baru di unitnya masing-masing dengan sebagaimana mestinya, menjelaskan penggunaan khusus dari sistem utilitas. Jika diperlukan, Manajer Penunjang Non Medis menyediakan bantuan. Kepala Unit bertanggungjawab untuk belajar dan mengikuti prosedur kerja khusus untuk pengoperasian sistem utilitas yang aman, pemeliharaan, atau penggunaan.
A. KETERSEDIAAN AIR 24 JAM 7 HARI 1. Kebutuhan air di RSU Queen Latifa dipenuhi air tanah sebanyak 50m3 per hari. Air tersebut disimpan di dalam tanki air terdiri dari : a) 4 tanki air dengan ukuran : 1 tanki ukuran 1500 Liter, 2 tanki air ukuran 800 Liter dan 1 tanki air ukuran 250 Liter. Total kapasitas air ada 3350 Liter. 2. RSU Queen Latifa mempunyai 4 sumber air, yaitu 3 melalui sumur bor dan 1 melalui sumur pompa air tanah. Dengan demikian, kebutuhan air untuk RSU Queen Latifa terjamin selama 24 jam 7 hari. Dalam kondisi air sumur aktif tidak digunakan, RSU Queen Latifa masih dapat memasok air bersih dari sumur cadangan, dan apabila listrik mati maka menggunakan genset untuk dapat memompa air.
B. KETERSEDIAAN LISTRIK 24 JAM 7 HARI 1. RSU Queen Latifa dipasok oleh tenaga listrik dari PLN dengan total kapasitas 130.000 Volt atau 130 KVA. 2. UPS adalah sistem pelayanan untuk kegiatan medis sebagai penanda suatu stop kontak atau tusuk kontak dalam ruangan atau unit kerja pelayanan, UPS menggunakan stop kontak single. Area yang mendapat pelayanan tersebut disebut critical area ataupun Power Critical yang meliputi area-area sebagai berikut : a. Pelayanan Medis yang menggunakan UPS :
1) Alat laboratorium, alat hematologi dan alat kimia 2) Alat Ultrasonography 3) Alat-alat mata b. Pelayanan Non Medis yang menggunakan UPS : 1) Komputer Farmasi dan gudang farmasi 2) Komputer Rekam Medis dan pendaftaran 3) Komputer Keuangan (klaim), kasir 4) Dan Semua komputer di Poli Baru 5) Server IT 6) Komputer Nurse station 7) Komputer VK dan Obsgyn 8) Komputer poli anak 3. RSU Queen Latifa memiliki generator darurat 50KVA yang dipergunakan ketika pasokan listrik dari PLN terhenti. Generator mampu beroperasional selama 24 jam 7 hari. Generator teersebut dipergunakan untuk : a) Mendukung sistem pencahayaan rute keluar dengan sumber listrik darurat yang dapat diandalkan. b) Mendukung sistem komunikasi darurat c) Menyediakan sumber tenaga listrik darurat yang dapat diandalkan untuk daerah dengan prosedur khusus termasuk tidak terbatas pada : kamar bersalin, kamar bayi, kamaroperasi, UGD, dan ruang pemulihan. d) Menyediakan sumber tenaga listrik darurat yang dapat diandalkan untuk sistem penting lainnya namun tidak terbatas pada : Sistem udara medis, sistem vakum medis, penyimpanan darah, area dimana sistem
pendukung
kehidupan
pasien
digunakan
mempengaruhi keselamatan pasien, pengunjung dan staf. 4. Area Resiko Tinggi Kegagalan Listrik : a. Area pelayanan pasien meliputi : 1) HCU 2) IGD 3) Ruang Operasi
dan
sistem
yang
4) Kamar Isolasi 5) Radiologi 6) Poliklinik 7) Kamar Pemulihan 8) Laboratorium 9) CSSD b. Area bukan pelayanan pasien meliputi : 1) Server Infrmation Technology 2) PABX 3) Pusat CCTV 4) Personal komputer untuk keuangan 5) Lampu evakuasi 6) Control Alarm Bangunan, Sistem paging dan Sound system 7) Kulkas Obat 5. Seluruh area beresiko tinggi tersebut terhubung dengan pasokan listrik alternativ, sehingga dalam kondisi listrik dari PLN terputus, area tersebut tetap menerima aliran listrik. 6. Pengujian sumber listrik dan air Alternative a. Untuk menjamin ketersediaan listrik dan air alternatif, RSU Queen Latifa melakukan pengujian secara teratur setiap bulan untuk sistem tenaga listrik dan air alternatif. Hasil pengujian tersebut dicatat dan disimpan di Divisi Operasional b. Setiap hari Senin dan Kamis dilakukan pemanasan atau running genset tanpa beban dan dalam 6 bulan sekali dilakukan running dengan beban selama 30 menit dengan mematikan supplay listrik dari PLN secara manual. 7. Pengujian Biokimia Air Untuk melakukan pemantauan terhadap kualitas air, kadar biokimia air di RSU Queen Latifa diuji secara berkala setiap 3 bulan sekali.
C. SISTEM UTILITAS LAINNYA Selain listrik dan air, sistem utilitas yang tercakup dalam perencanaan ini adalah : 1. Gas Medis. Gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan di RSU Queen Latifa. Kebutuhan gas medis selama 24 jam 7 hari dalam seminggu. Jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan medis di RSU Queen Latifa adalah: 1) Oxygen (O2) gas dan liquid dengan tabung warna putih 2) Nitrous Oksida (N2O) dengan tabung warna biru 2. Telepon Untuk kebutuhan komunikasi
menggunakan telephon di RSU Queen Latifa
system telpon tersentral di ruang telp atau PABX. Telpon berlangganan dengan PT. Telkom Indonesia dengan menggunakan system analog dan digital /ISDN. Sistem analog dari PT. Telkom Indonesia menggunakan jaringan kabel tembaga sejumlah 4 line dan 64 extension. Line anai digunakan merk Panasonic type TDA buatan Jepang tahun 2007. 3. Nurse call System Sebagai alat panggil dari kamar pasien ke perawat dan dilengkapi panggilan darurat kode biru saat diperlukan. 4. Saluran pembuangan air limbah Pembuangan air limbah domestik yaitu air bekas dan kotor berasal dari kamar mandi dan kloset, pantry dan dapur diolah dalam sistem an aerobic – aerobic +filtrasi dengan kapasitas 1500 liter per jam. Letak Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di parkiran paling timur. Sistem yang digunakan an aerob-aerobic + filtrasi dengan reactor Biodetex bakteri pengurai yang ramah lingkungan, teknologi dari Jerman. Pemantauan dilakukan setiap hari oleh sanitarian untuk parameter debit hasil air limbah, Ph limbah outlet terakhir dan secara berkala dan dilakukan pelaporan ke instalasi berwenang yaitu DLH dengan mengirim sample hasil olahan air limbah ke laboratorium yang telah terakreditasi. Air limbah hasil
olahan IPAL dibuang ke IPAL Sewon dan untuk pengairan kolam ikan di RSU Queen Latifa.
D. INSPEKSI, PENGUJIAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM UTILITAS 1. Sub bidang penunjang non medis mempunyai tanggung jawab untuk mengelola keseluruhan pemeriksaan, pengujian dan proses pemeliharaan utilitas. 2. Sebagai bagian dari proses penerimaan untuk sistem utilitas baru atau upgrade dari sistem utilitas yang ada, kontraktor atau vendor diharuskan untuk menunjukkan bahwa sistem dan komponen operasi kritisnya sesuai untuk pelayanan, dibuktikan dengan lulus tes penerimaan. Karena variasi yang luas dari sistem dan komponen, tidak ada tes penerimaan terstandar. Parameter spesifik dari kinerja harus ditentukan untuk setiap tes. Semua sistem dan komponen harus diuji sebelum penggunaan awal. Setelah penerimaan sistem atau komponen dari kontraktor, manajer penunjang Non Medis menilainya untuk dimasukkan dalam persediaan Program Manajemen Sistem Utilitas dan Program Pemeliharaan Preventif. 3. Sistem pemeliharaan preventif terkomputerisasi digunakan untuk menetapkan pemeriksaan, pengujian dan jadwal pemeliharaan. Sistem pemeliharaan preventif terkomputerisasi digunakan untuk menetapkan jadwal terprogram yang memenuhi kebutuhan spesifik setiap komponen berkaitan dengan inspeksi, pengujian atau pemeliharaan preventif. Sistem ini menghasilkan perintah kerja untuk setiap kegiatan yang diprogram, data alat, lokasi alat dan riwayat alat. 4. Setiap Manajer Penunjang Non Medis memberikan jadwal dan perintah kerja. Staf pemeliharaan melaksanakan perintah yang ditugaskan dan mengembalikan perintah kerja yang telah selesai kepada Manajer Penunjang Non Medis. Perintah kerja yang telah selesa dugunakan untuk memperbaharui sistem komputerisasi untuk menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilakukan. Beberapa pekerjaan yang dijadwalkan dilakukan oleh kontraktor luar. Dokumentasi pekerjaan kontraktor dan setiap sertifikasi yang diperlukan dikumpulkan oleh staf pemeliharaan yang bertanggungjawab dan ditinjau serta dipelihara oleh staf pemeliharaan.
5. Staf pemeliharaan dapat di hubungi di extension 118 dengan pelayanan 2 shift dalam sehari, 7 hari seminggu.
E. PROGRAM ORIENTASI DAN PENDIDIKAN Sub Penunjang Non Medis memiliki program pelatihan spesifik pekerjaan untuk mempertahankan pengetahuan dan kesiapan dalam rangka mendukug dan mengoperasikan sistem utilitas dengan cara yang aman dan terpercaya. Manajer Penunjang Non Medis bertanggungjawab utnuk memberikan pelatihan pada sistem utilitas. Contoh : Pendidikan tersebut meliputi : 1. Proses untuk melaporkan permasalah 2. Prosedur untuk menjaga fungsi-fungsi penting selama kegagalan utilitas 3. Lokasi pengendalian penghentian operasional alat 4. Darurat prosedur pada kerusakan alat dll
F. PEMANTAUAN DAN KEPATUHAN Kinerja pengelolaan utilitas dipantau pada saat ronde lingkungan dan audit. Kepatuhan dengan kebijakan dan prosedur dinilai dan dilaporkan kepada Kepala Bidang Umum, SDM dan Penunjang.
G. DOKUMEN Panduan manajemen Fasilitas dan Keselamatan