BAB II LAPORAN PENDAHULUAN SARS A. Pengertian SARS severe acute respiratory syndrome (SARS) atau sindrom pernapasan akut berat adalah sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukan gejala gangguan pernapasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan pasien SARS. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada bulan November 2002 sampai bulan Februari 2003 di Provinsi Guang Dong, Cina. SARS dengan cepat menyebar ke Hongkong, Vietnam, Singapura sejak Februari 2003. Pada bulan Maret 2003 WHO menyatakan ancaman global SARS dan mengeluarkan “travel advisory”. Pada bulan tersebut SARS sudah menjangkiti 15 negara termasuk Kanada. Pada bulan April 2003 penyakit ini sudah menyerang 20 negara. Sampai bulan Maret 2003 penyakit ini sudah menyebabkan 2671 Kasus dengan jumlah kematian 100 orang (CFR = 3,74 persen). Kasus terbanyak terdapat di Cina sebesar 1279 kasus denan jumlah kematian 53 orang, Diikuti Hong Kong (928/25). Amerika serikat (148/0), Sinapura (113/8), dan Kanada (91/10). Kasus yang paling sedikit terdapat di Australia, Belgia, Brasil, Irlandia, Rumania, Spanyol, dan Swiss, yaitu masingmasing 1 kasus dengan jumlah kematian 0. (Koes Iriananto : 185, 2014) Sindrom pernafasan akut parah ( severe acute respiratory syndrome /SARS) merupakan kumpulan gejala pada saluran pernafasan seperti batuk, flu, bersin dan sesak nafas juga terjadi infeksi paru-paru( pneumonia) yang timbul secara akut atau tiba- tiba dalam hitungan hari serta dapat menjadi sangat parah bahkan dapat mengancam jiwa (Judarwanto widodo: 7). SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga
1
penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus (Mansjoer, Arif dkk:1999). Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya. B. Etiologi SARS Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan SARS, yaitu (judarwanto widodo: 8): 1. Infeksi paru (pneumonia) karena coronavirus 2. Coronavirus atau multi virus 3. Mutasi gen menjadi virus baru 4. Keseimbangan alam terganggu WHO mengumumkan kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkotalain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya : 1.
Pneumoni
2.
Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3.
Terhirupnya
makanan
ke
dalam
paru
(menghirup muntahan dari lambung) 4.
Beberapa transfusi darah
5.
Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6.
Emboli paru
7.
Cedera pada dada
8.
Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9.
Trauma hebat
2
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
Faktor Predisposisi 1. Faktor diri (host) :
Umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan
congenital, imunologis, BBLR dan premature. 2. Faktor lingkungan : Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara. 3. Defisiensi vitamin. 4. Tingkat sosio ekonomi rendah 5. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah. 6. Menderita penyakit kronis. 7. Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.
Faktor Pencetus SARS Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan oleh pasien SARS.
3
C. Tanda dan Gejala SARS 1. Demam tinggi (>380 C) 2. Satu atau lebih gangguan pernafasan yaitu batuk, nafas pendek, kesulitan bernafas. 3. Satu atau lebih keadaan berikut: a. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa sebagai penderita SARS. b. Dalam 10 hari terakhir sebelum sakit, melakukan perjalanan ke tempat yang dilaporkan adanya penderita SARS. Gejala lain yang mungkin ditemukan pada penderita SARS adalah: sakit kepala, kaku otot, lemah, gangguan kesadaran, nafsu makan hilang dan kemerahan pada kulit. D. Patofisiologi SARS Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Cara Penularan Sars Sars disebabkan oleh virus coronavirus atau paramyxovirus, virus ini menyebar lewat sekresi pernafasan kemudian tumbuh didinding saluran pernafasan atas. Masa inkubasi virus ini 2-7 hari, virus penyebab sars
4
sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Bila dayatahan tubuh tidak baik dan mengidap penyakit, semakin mempercepat kematian. Umumnya, reaksi sars terlihat dalam kurun waktu 10 hari. Bila penderita sudah melewati masa 10 hari, maka bukan adanya penyakit komplikasi, penderita akan sembuh dengan sendirinya. Dalam menularnya suatu penyakit, terdapat 3 fase kerja virus yaitu : 1. Fase I : Menginfeksi Virus Untuk merusak materi genetik dan tumbuh dalam inang (manusia/binatang) virus menerobos kulit sel, masuk kedalam sel, dan kemudian mulai membuka selubung proteinnya serta membanjiri sel terinfeksi dengan materi genetik dan virus. 2. Fase II : Memperbanyak diri Virus memperbanyak diri dengan meminjam materi genetik milik sel yang mereka serang lalu diubah sesuai keperluan virus itu sendiri. 3. Fase III : Sel terinveksi dirusak Virus-virus yang memperbanyak diri dalam sel itu membuat sel inang menjadi rusak dan mati. Viru-virus itu keluar dari sel yang mati itu danmenyerang sel yang masih sehat didekatnya. Mereka lalu memperbanyak diri lagi, begitu seterusnya.
5
E. Pathway SARS
6
7
F. Pemeriksaan Penunjang SARS 1.
Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2.
Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS : a. Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya terisi udara) b. Gas darah arteri c. Hitung jenis darah dan kimia darah d. Bronkoskopi.
4.
Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5.
Pemeriksaan Bakteriologis
:sputum, darah, aspirasi
nasotrakeal atau transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy. 6.
Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapa diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.
G. Penatalaksanaan SARS 1.Terapi if umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain : a. Terapi oksigen. b. Humidifikasi dengan nebulizer c. Fisioterapi dada d. Pengaturan cairan e. Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat f. Obat inotropik
8
g. Ventilasi mekanis h. Drainase empiema i. Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup 2. Terapi antibiotik Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakatdiperoleh atau nosokomial pneumonia. Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik.
Selain
efek
antibakteri
mereka,
beberapa
antibiotik
immunomodulatory dikenal memiliki sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum ditentukan. SARS
dapat
hadir
dengan
spektrum
keparahan
penyakit. Sebagian kecil pasien dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik saja. Antibiotik : a.
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
b.
Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus.
9
H. ASUHAN KEPERAWATAN SARS (Servere acute respiratory syndrome)
A. PENGKAJIAN Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS : 1. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi. 2. Perhatikan perubahan suhu tubuh. 3. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme. 4. Kaji
terhadap
komplikasi
yaitu
demam
berlanjut
atau
kambuhan, tidak berhasil untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi. 5. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan. 6. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan. B. Diagnosa Keperawatan 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
2.
Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
pemasukan
berhubungan dengan faktor biologis. 4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
5.
Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan
10
6.
Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ)
7.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR >24x/menit) atau hipoventilasi (RR <16x/menit).
No 1
Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
Tujuan dan Kriteria Hasil NOC : Respiratory status : Ventilation Respiratory status : Airway patency
Kriteria Hasil : Mendemonstrasik an batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
Intervensi NIC : Airway suction Pastikan kebutuhan oralatau tracheal suctioning Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning. Informasikan pada klien dankeluarga tentang suctioning
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
Mampu mengidentifikas ikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Berikan O2dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal Gunakan alat yang steril setiap
11
melakukan tindakan Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal Monitor status oksigen pasien Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dan lain-lain.
Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan
12
ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterapi dada jika perlu Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2
2 Defisit Volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam
NOC:
Fluid management
Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake
13
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
Kriteria Hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor vital sign Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi Berikan cairan Dorong masukan oral Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Dorong keluarga untuk membantu pasien makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk
14
3 .
Ketidakseimbang NOC : an nutrisi kurang Status nutrisi, dari kebutuhan setelah diberikan tubuh penjelasan dan berhubungan perawatan dengan kebutuhan nutrisi ketidakmampuan pasien terpenuhi pemasukan dengan kriteria hasil berhubungan : dengan faktor Pemasukan biologis (sesak nutrisi yang nafas). adekuat
tranfusi NIC: Eating disorder manajemen 1. Tentukan kebutuhan kalori harian 2. Ajarkan klien dan keluarga tentang pentingnya nutrient
Pasien mampu menghabiskan diet yang dihidangkan
3. Monitoring TTV dan nilai Laboratoriu m
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Monitor intake dan output
Nilai laboratorim, protein total 8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%, Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak kurang dari 10 gr % Membran mukosa dan konjungtiva tidak pucat
5. Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi parenteral 6. Pertimbangkan nutrisi enteral 7. Pantau adanya Komplikasi GI
Terapi gizi 1. Monitor masukan makanan atau minuman dan hitung kalori harian secara
15
tepat 2. Kolaborasi gizi
ahli
3. Pastikan dapat diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein) 4. Berikan perawatan mulut 5. Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB 6. Jauhkan bendabenda yang tidak enak untuk dipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat dan pispot
4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory.
NOC : Energy conservation Self Care : ADLs
Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
16
7. Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik NIC : Activity Therapy Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Energy Management Observasi adanya pembatasan klien
17
5
Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan
NOC : Knowledge : disease process Knowledge : health Behavior
Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
18
dalam melakukan aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardiovaskuler ter hadap aktivitas Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien NIC : Teaching : disease Process Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang
program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
19
biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari harapan yang kosong Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat I. Implementasi Melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan pada pasien dengan tujuan untuk kesejahteraan dan kesehatan pasien. J. Evaluasi Mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami perubahan atau perbaikan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Irianto koes, (2014). Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular panduan klinis. Alfabeta : Bandung. Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC, Jakarta. Http://translate.googlecontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=h ttp://www.sarsreference.com/sarsref/treat.htm&prev=/search%3Fq%3 Dsars%26hl%3Did%26sa%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=AL kJrhjuXFVV22D4n-gkhhpHCgb-28jRcA http://nelar023.blogspot.co.id/2016/01/asuhan-keperawatansars.html?m=1 Jong, W, (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, EG Jakarta. Mansjoer, Arif dkk, (1999). Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta. McCloskey&Bulechek,(1996). Nursing Interventions Classifications (NIC), Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork. NANDA,(2007-2008).
Nursing
Diagnosis:
Definitions
and
classification, Philadelphia, USA. University IOWA., NIC and NOC Project, (1991). Nursing Outcome Classifications (NOC), Philadelphia, USA. Wijayakusuma.H.M.H, (2003).Proteksi dini terhadap SARS (Severe Acute Respiratori Syndrome), Pustaka Populer Obor:Jakarta
21