PEMERIKSAAN SARAF & FUNGSI MOTORIK MH IKKK_ Maret 2011
Catatan : Tidak pakai sarung tangan
PEMERIKSAAN SARAF 1. Ucapkan salam dan Perkenalkan diri pada penderita 2. Jelaskan tujuan pemeriksaan : a) Untuk memastikan penyakitnya, b) Diperiksa : penebalan saraf tepi & fungsi motoris. 3. Posisi pemeriksa berhadapan dengan pasien, penerangan yang cukup (sinar matahari atau lampu) 4. Pemeriksaan N. Auricularis magnus : a) Pasien di minta menoleh maksimal ke kiri sehingga M. Sternocleidomastoideus berkontraksi dan N. Auricularis Magnus terdorong ke superfisial, b) Dilakukan perabaan dengan 3 jari pada 1/3 atas M. Sternocleidomastoideus, dicari bentukan seperti kabel yang menyilang M. Sternocleidomastoideus, c) Terdapat struktur lain yaitu : V. Jugularis yang teraba lebih lunak dan ada pulsasi, sedangkan saraf teraba seperti kabel, d) Lakukan pemeriksaan yang sama pada N. Auricularis magnus sinistra, e) Kesimpulan : - Terdapat/tidak terdapat penebalan/pembesaran N. Auricularis D/S, - Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf. 5. Pemeriksaan N. Ulnaris (Singkap baju) a) Lengan pasien dalam posisi fleksi diletakkan di atas tangan pemeriksa, agar otot rileks sehingga saraf dapat dibedakan dengan tendon,
1
b) Dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba saraf Ulnaris didalam sulkus nervi ulnaris yaitu lekukan diantara tonjolang tulang siku olkranon dan tonjolan kecil di bagian medial (epicondilus medialis), c) Dibedakan dari tendon dengan cara meraba ke proksimal, jika tendon akan menjadi otot, namun bila saraf akan tetap teraba seperti kabel, d) Dengan tekanan ringan gulirkan pada saraf ulnaris, dan telusuri ke atas dengan halus sambil melihat mimik/reaksi penderita apakah tampak kesakitan atau tidak, e) Kemudian dengan prosedur yang sama untuk memriksa saraf ulnaris kiri (tangan kiri pemeriksa memegang lengan kiri penderita dan tangan kanan pemeriksa meraba saraf ulnaris kiri penderita tersebut), f) Kesimpulan : -
Apakah ada penebalan/pembesaran N. Ulnaris D/S,
-
Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf,
-
Neuritis atau tidak.
6. Pemeriksaan N. Peroneus comunis/poplitea lateralis (bersamaan, celana di gulung ke atas) a) Pasien dalam posisi duduk, kedua kaki dalam keadaaan relaksassi, sebaiknya dalam posisi menggantung lebih rileks, b) Pemeriksa duduk di depan penderita, dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan, c) Pemeriksa meletkkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian luar penderita sambil pelan-pelan meraba ke atas samapi menemukan tonjolan tulang (caput fibula), setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba saraf paraneous 1 cm ke arah belakang, d) Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian ke kanan dan kiri sambil melihat mimik/reaksi penderita, e) Kesimpulan : -
Apakah ada penebalan/pembesaran N. Peroneus communis D/S, 2
-
Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf.
7. Pemeriksaan N. Tibialis posterior a) Pasien masih dalam duduk rileks, b) Dengan jari telunjuk dan tengah, pemeriksa meraba saraf Tibialis posterior di bagian belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam (maleolus medialias) dengan tangan menyilang (tangan kiri pemeriksa memeriksa saraf tibialis kiri dan tangn kanan pemeriksa memeriksa saraf tibialis posterior kanan penderita), c) Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik/reaksi dari penderita.
PEMERIKSAAN MOTORIK (kekuatan otot) 1. Pemeriksaan fungsi motoris N. Radialis (kekuatan pergelangan tangan) a) Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan penderita, b) Penderita di minta menggerakkan pergelangan tangan kanan yang terkepal ke atas (ekstensi), c) Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi (keatas) lalu dengan tangan kanan pemeriksa menekan tangan penderita ke bawah kearah fleksi, d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik (gangguan) N. Radialis D/S. - Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat, - Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang, - Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (pergelangan tangan tidak bisa digerakkan ke atas, fungsi motorik tidak berjalan). 2. Pemeriksaan fungsi motoris N. Ulnaris (kekuatan otot jari kelingking) a) Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari manis, jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan penderta, dengan telapak tangan penderita menghadap ke atas dan posisi ekstensi (jari kelingking bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa), 3
b) Minta penderita mendekatkan (adduksi) dan menjauhkan (abduksi) kelingking dari jari-jari lainnya. Bila penderita dapat melakukannya, minta ia menahan kelingkingnya pada posisi jauh dari jari-jari lainnya, dan kemudian jari telunjuk pemeriksa mendorong pada bagian pangkal kelingking. c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Ulnaris D/S. -
Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorong jari telunjuk berarti masih Kuat,
-
Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan pemeriksa berarti Sedang,
-
Bila jari kelingking pendertia tidak dapat mendekat atau menjauh dari jari lainnya berarti sudah lumpuh.
Bila pemeriksaan meragukan apakah masih kuat atau sudah mengalami kelemahan, dapat melakukan pemeriksaan konfirmasi sebagai berikut : Minta penderita menjepit sehelai kertas yang diletakkan di antara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut. Penilaian :
Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot Lemah.
Bila ada tahanan terhadap kertas berarit otot masih Kuat.
3. Pemeriksaan fungsi motoris N. Medianus (kekuatan otot ibu jari) a) Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan kanan penderita agar telapak tangan penderita menghadap ke atas, dan dalam posisi ekstensi,
4
b) Ibu jari penderita ditegakkan ke atas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan penderita (seakan-akan menunjuk ke arah didung) dan penderita di minta untuk mempertahankan posisi tersebut, c) Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari penderita yaitu dari bagian batas antara punggung dan telapak tangan mendekati telapakk tangan. d) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan fungsi motorik N. Medianus D/S -
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih Kuat,
-
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang,
-
Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh.
4. Pemeriksaan fungsi motoris N. Pareneus communis/poplitea lateralis a) Dalam keadaan duduk, penderita di inta mengangkat ujung kaki dengan tumit tetap terletak dilantai/ekstensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit), b) Penderita di minta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangna menekan punggung kaki penderita ke bawah/lantai, c) Kesimpulan : terdapat/tidak terdapat kelemahan funsi motorik N. Paroneus communis D/S. -
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti Kuat.
-
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti Sedang.
-
Bila tidak ada gerakan berarti Lumpuh (ujung kaki tidak bisa digerakkan ke atas).
PEMERIKSAAN RASA RABA TANGAN 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Telapak tangan yang akan di periksa diletakkan di atas meja/paha penderita atu bertumpu pada tanang kiri pemeriksa sehingga semua ujung jari tersangga (tangan pemeriksa yang
5
menyesuaikan diri dengan keadaan tangan penderita) misalnya claw hand, maka tanga pemeriksa menyangga ujung-ujung jari tersebut sesuai lengkungan jarinya. 4. Jelaskan pada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil memperagakan dengan sentuhan ringan dari ujung ballpoint pada lengannya dan satau atau dua titik pada telapak tangannnya, 5. Bila penderita merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain, 6. Test diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif, 7. Penderita diminta menutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari tangan yang diperiksa, 8. Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh, 9. Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak berurutan (secara acak), 10. Penyimpangan letak titik yang ditolerir ≤ 1 cm.
PEMERIKSAAN RASA RABA KAKI 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri, usahakan telapak kaki menghadap ke atas, 4. Tangan kiri periksa menyanggah ujung kaki penderita, 5. Berilah penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menyentuh ujung ballpoint pada telapak kaki tanpa lesi (penderita membuka mata). Bila penderita merasakan sentuhan tersebut, diminta penderita menunjuk tempat sentuhan tersebut, 6. Cara mengetes tersebut diulang, hingga penderita mengerti dan kooperatif, 7. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1 cm, 8. Dengan ujung ballpoint pemeriksa menyentuh tangan penderita pada titik-titik tertentu di telapak tangan secara acek, 9. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal 2,5 cm. 6
PEMERIKSAAN RASA SUHU 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan dia tas meja/paha pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa, 4. Berikan
penjelasan
apa
yang akan
dilakukan
sambil
memperagakan
dengan
menyentuhkan ujung tabung reaksi yang berisi air panas (sebaiknya 40 oC) dan air dingin (20oC) pada daerah kulit yang normal, untuk memastikan bahwa orang yang diperiksa dapat membedakan panas dan dingin, 5. Mata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai, 6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa tabung yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah tersebut terganggu.
PEMERIKSAAN RASA NYERI 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas meja/paha pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa, 4. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan sambil memperagakan dengan menekan jarum dengan ujung tajam pada kulit yang normal dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul, pasien harus mengatakan mana yang tajam dan mana yang tumpul. (ujung jarum tegak, gentle, jangan sampai berdarah), 5. Mata pasien ditutup, lalu bergantian kedua ujung jarum tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai, 7
6. Bila pada daerah yang dicurigai tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa pada ujung jarum yang ditempelkan, maka disimpulkan bahwa sensasi nyeri di daerah tersebut terganggu.
TES OTONOM DENGAN PINSIL TINTA (TES GUNAWAN) 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Tangan dengan lesi kulit yang dicurigai yang akan diperiksa diletakkan di atas meja/paha pasien atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa, 4. Pinsil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus sampai ke daerah kulit yang normal, 5. Pasien di minta untuk beraktifitas fisik agar berkeringat, 6. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil masih terlihat jelas, sedangkan didaerah kulit normal tinta menjadi kabur karena keringat, disimpulkan terdapat gangguan fungsi otonom pada lesi tersebut, 7. Bila pada lesi yang dicurigai tinta pinsil menjadi kabur karena keringat, disimpulkan tidak terdapat gangguan fungsi otonom pada lesi tersebut.
PEMERIKSAAN RASA RABA DI TUBUH / KULIT 1. Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, 2. Penderita duduk berhadapan dengan pemeriksa, 3. Sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa rasa raba, 4. Periksalah dengan ujung dari kapas yang dilancipi secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai (dari tengah ke tepi lesi).
8
5. Sebelumnya kita menerangkan bahwa bilamana merasa tersentuh bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disentuh dengan jari telunjuknya, ini dikerjakan dengan mata terbuka, 6. Bilamana hal ini telah jelas, maka pasien diminta menutup matanya , kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain / karton, 7. Kelainan-kelainan dikulit diperiksa secara bergantian dengan kulit yang normal disekitarnya untuk mengetahui ada tidaknya anestesi.
BAKTERIAL INDEX & MORFOLOGI INDEX 1. Pengambilan sediaan apus minimum pada 3 tempat a) Cuping telinga kanan dan kiri b) Kelainan kulit (lesi) yang paling aktif 2. Untuk pemeriksaan hapusan kulit diperlukan alat : a) Kaca obyek baru dan kotak kaca obyek b) Scalpel (tangkai pisau ukuran no.3 dan pisau no.15) c) Lampu spiritus (Bunsen) d) Spiritus / alcohol e) Kapas f) Korek api g) Pensil kaca h) Penjepit kaca obyek i) Sarung tangan 3. Cara pengambilan sediaan skin smear : a) Menyapa pasien dan perkenalkan diri, sampaikan tujuan pemeriksaan, b) Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa, c) Cucilah tangan, lalu kenakan sarung tangan, d) Ambil kaca obyek sediaan yang baru, bersih dan tidak tergores, e) Beri tanda atau nomor pada bagian bawah kaca obyek atau label kaca obyek sesuai nomor identitas pasien, nomor ini harus sama dengan nomor lembar permintaan pemeriksaan skin smear, f) Bersihkan lokasi kulit tempat pengambilan skin smear dengan kapas alkohol. Biarlah mongering, 9
g) Nayalakan api spiritus, h) Pasanglah bisturi (mata pisau scalpel) pada gagangya, i) Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk, tetap jepit dengan kuat agar darah tidak ikut keluar, j) Buatlah insisi (irisan) pada kulit dengan panjang 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit ttap dijepit agar tidak ada darah yang keluar. Jika berdarah, bersihkan darah tersebut dengan kapas alkohol, k) Putar pisau scalpel 90o dan pertahankan pada sudut yang tepat pada irisan, l) Keroklah irisan tersebut sekali atau dua kali menggunakan scalpel guna mengumpulkan cairan dan bubur jaringan. Tidak boleh ada darah pada specimen tersebut karena dapat mengganggu pewarnaan dan pembacaan. Lepaslah jepitan pada kulit dan hapus darah dengan kapas alkohol, m) Buatlah apusan dari kerokan kulit tersebut di atas kaca obyek, pada sisi yang sama dengan letak identitas. Buatlah apusan berbentuk lingkaran dengan diammeter 8 mm, n) Hapus kotoran pada mata pisau scalpel menggunakan kapas alkohol. Lewatkan mata pisau scalpel di atas nyala api Bunsen selam 3 – 4 detik. Biarkan dingin tapi jangan sampai menyentuh sesuatu, o) Ulangi langkah di atas untuk lokasi apusan lain. Buat apusan di sisi dengan apusan sebelumnya, tapi jangan sampai bersentuhan dengan hapusan sebelumnya, p) Lepas pisau scalpel dengan hati-hati, q) Tutup luka dan ucapkan terima kasih pada penderita, r) Biarkan kaca obyek tersebut mongering beberapa saat dengan temperature ruangan, tetapi tidak di bawah cahaya matahari langsung, s) Fiksasi hapusan dengan melewatkan di atas apiu Bunsen 3 kali, t) Kaca obyek jangan sampai terlalu panas saat disentuh. Taruh kaca obyek di kotak kaca obyek dan kirimlah ke laboratorium disertai form permintaan pemeriksaan,
PEWARNAAN DENGAN MENGGUNAKAN ZIEHL-NIELSEN Peralatan : Botol yang mengandung :
Larutan karbol fuchin 0,3%
Asam alkohol 3%
Larutan methylene blue 0,3% 10
Lampu spiritus (Bunsen)
Jam
Wadah dengan air yang mengalir
Pipet
Besi penyangga
Rak kaca obyek
Kertas tissue
Sarung tangan
Buat kaca obyek di laboratorium
1. Pewarnaan a) Sebelum digunakan, saringlah carbol fuchsin 0,3% menggunakan kertas saring biasa, b) Tutupi seluruh permukaan kaca obyek dengan larutan carbol fuchsin selama 10 menit, c) Panaskan kaca objek dengan hati-hati di atas lampu spiritus sampai uap karbol fuchsin keluar. Pastikan bahwa pewarnaan tidak sampai mendidih. Jika pewarnaan mongering tambahkan lagi reagens dan panaskan kembali, d) Basuh dengan hati-hati di bawah air mengalir. Keringkan air hingga kaca obyek tidak lagi berwarna. Meskipun apusan akan menjadi merah tua. 2. Pelunturan a) Tetesi permukaan kaca obyek sampai tertutup dengan asam alkohol 3% selama 10 detik
11
b) Metode lain adalah dengan menggunakan asam sulfat 25% selama 10 menit, bilas berlahan dengan air. 3. Counter staining a) Tetesi sediaan dengan methulene blue 0,3% selama 1 menit, b) Bilas dengan air dan biarkan kaca obyek mongering di rak pengeringan dengan posisi miring dengan sisi apusan menghadap ke bawah, c) Apusan siap di baca. Nb. Baca sesuai dengan yang lama.
12
Pewarnaan Ziel Nilson 1. Sediaan diwarnai dengan karbol fuchin sampai seluruh permukaan sediaan tertutup, dibiarkan selama 10 menit, dipanaskan diatas bunsen selama 5-10 menit, jangan sampai mendidih, keringkan, 2. Tetesi dengan alkohol asam 10 detik lalu cuci dengan air mengalir, 3. Tetesi methilen blue diamkan selama 5-10 menit. Cuci dibawah air mengalir. 4. Keringkan perlahan dengan tissue, 5. Sediaan diperiksa dengan mikroskop. Setelah pewarnaan, objek glass diperiksa pada mikroskop dengan pembesaran 10 kali pada awalnya untuk menentukan counting area, bila sudah didapatkan dilanjutkan dengan pembesaran 100 kali dengan ditambahkan minyak immersi. Bakteri terlihat sebagai bentukan batang merah dengan latar belakang biru. Densitas bakteri ditetapkan sebagai bacterial indeks ( BI ) : 1. 6+
> 1000 basil pada 1 LP (banyak clumps)
2. 5+
100-1000 basil pada 1 LP
3. 4+
10-100 basil pada 1 LP
4. 3+
1-10 basil pada 1 LP
5. 2+
1-10 basil pada 10 LP
6. 1+
1-10 basil pada 100 LP
Penurunan angka BI mulai didapatkan setelah 1 tahun terapi, bagian dorsal jari adalah lokasi terakhir untuk menjadi negatif, pemeriksaan bakteriologis ini hanya dapat mendeteksi basil > 104 per gram kulit, tidak dapat digunakan untuk melihat keberhasilan terapi. Indeks morfologis (MI) adalah persentase basil solid dibagi jumlah seluruh basil yang diperiksa dikalikan 100%. Indeks ini digunakan untuk menilai keberhasilan terapi karena perubahannya lebih cepat didapatkan dibandingkan BI. Pada kasus LL perubahan 5-20% menjadi 0 didapatkan setelah 5-6 bulan terapi dengan dapson, atau setelah 5 minggu 13
dengan rifampisin. Peningkatan MI menunjukkan penderita yang tidak minum obatnya dengan rutin atau obat tidak diabsorbsi sehingga bakteri menjadi resiste.
14
“ POD ” Prinsip pencegahan cacat dan bertambah beratnya cacat 3 M : 1. Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur, 2. Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik, 3. Merawat diri. I. Mencegah kerusakan mata 1. Memeriksa Sering bercermin : - adakah kemerahan, - adakah benda asing yang masuk ke mata. 2. Melindungi Untuk melindungi mata dari debu dan anginyang dapat mengeringkan mata dengan cara : -
Memakai kaca mata,
-
Menghindari pekerjaan yang menimbulkan debu seperti mencangkul tanah, menuai padi, menggiling padi, bakar sampah, dan lain-lain.
3. Merawat diri -
Sering mencuci tangan / membasahi mata dengan air bersih,
-
Waktu istirahat tutup mata dengan kain basah.
II. Mencegah luka pada tangan yang mati rasa 1. Memeriksa Sering berhenti dan memeriksa tangan : ada luka tidak. 2. Melindungi Memakai kaos tangan tebal dan kain untuk melindungi dari panas, kasar, tajam untuk mencegah luka. Membagi tugas rumah tangga. 3. Merawat luka Luka lecet, memar sekecil apapun dirawat dan diistirahatka sampai sembuh.
III. Mencegah kekeringan pada tangan 1. Memeriksa Periksa adakah kekeringan, retak dan kulit pecah-pecah yang tidak terasa. 2. Melindungi Melindungi kulit tangan dari benda panas dan tajam. 15