1. PENYAKIT AKUT Pada contoh penyakit akut diambil kasus Infeksi Saluran Pencernaan dengan keadaan demografis pasien sebagai berikut: Nama
: Ny. Y
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Danau Atas
Pekerjaan
: Karyawan
Agama
: Islam
Status
: Menikah
A. Anamnesis Didapatkan keterangan dari pasien secara autoanamnesis pada hari Kamis, 2 Februari 2012, pukul 09.30 di Puskesmas Kutai:
Keluhan Utama: - Nyeri di daerah ulu hati sejak 2 jam yang lalu.
Keluhan Tambahan: - Mual sejak 2 jam yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh adanya rasa nyeri pada daerah ulu hati sejak tadi pagi kira-kira 2 jam yang lalu. Nyeri yang ia rasakan tidak spesifik seperti ditusuk-tusuk
atau
dipukul-pukul.
Pasien
menyatakan
nyeri
yang
berlangsung terus menerus sejak tadi pagi. Rasa nyeri pada daerah tersebut cukup parah langsung setelah pasien makan pagi. Pasien dapat menunjukkan bagian yang nyeri yakni pada tengah tepat di bawah dada. Pasien tidak sedang melakukan apapun, namun setelah makan pagi nyeri tersebut tiba-tiba muncul. Pagi tadi pasien hanya memakan nasi dengan tempe goreng serta sayur asem yang semuanya tidak pedas. Pasien tidak mengkonsumsi sesuatu yang kemungkinan dapat mengiritasi lambungnya seperti jeruk, lemon, dan sebagainya. Rasa nyeri tersebut tidak menyebar, hanya terpusat pada satu bagian itu saja. Pasien menyatakan, dari skala 1-10, rasa nyeri tersebut ialah 7-8. Pasien mencoba mengobatinya dengan meminum teh manis hangat dan ia menyatakan bahwa rasa nyeri sempat berkurang untuk sementara, namun beberapa saat kemudian kambuh lagi, oleh karena itu ia langsung ke puskesmas sekarang untuk mengobati. Rasa nyeri ini mengganggu aktivitas pasien karena hari ini ia menjadi tidak bisa bekerja dan beraktivitas. 2 hari yang lalu, pasien juga sempat merasakan hal yang sama ketika makan malam. Pada waktu itu, pasien hanya memakan makanan yang
1
tidak pedas dan tidak asam. Gejalanya pun sama dengan gejala yang ia rasakan pagi ini hingga sekarang. Namun, pasien mengistirahatkan fisik dan keesokan harinya (kemarin) perutnya sudah membaik dan tidak ada gejala. Pasien juga mengeluh tiba-tiba merasa mual untuk sementara tadi pagi, bersamaan dengan nyeri yang ia alami, langsung setelah ia makan pagi, namun telah membaik tanpa dimuntahkan ataupun diobati. Sedangkan pada saat ia mengalami gejala yang sama 2 hari yang lalu, tidak disertai oleh rasa mual. Pasien tidak bersendawa dan perut pasien tidak kembung. Pasien tidak pernah terluka pada bagian ulu hati. Pasien tidak sedang menkonsumsi obat apapun, termasuk untuk nyeri sendi. Pasien tidak sedang dalam setres, tetapi pekerjaannya memang akhir-akhir ini agak banyak. Pasien menyatakan tidak ada demam, serta tidak merasakan adanya rasa panas pada dada tiap malam ataupun pada saat berbaring. Ketika pasien buang air besar, berak pasien tidak berdarah dan tidak mencret. Pasien juga tidak mengalami konstipasi. Pasien tidak ada kesulitan dalam menelan. Pasien tidak ada alergi apapun.
Riwayat Penyakit Dahulu: - Pasien tidak pernah menderita hal yang sama sebelumnya. - Pasien tidak pernah mengidap penyakit kronik apapun serta tidak pernah dirawat di rumah sakit.
Riwayat Penyakit Keluarga: - Seluruh anggota keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama. - Lingkungan sekitar (teman-teman di sekolah, tetangga, dsb) tidak ada yang mengalami hal yang sama.
Kebiasaan/Gaya Hidup: - Pasien tidak suka memakan makanan yang pedas. - Pasien tidak mengkontrol berat badan. - Pasien tidak merokok serta tidak mengkonsumsi alcohol.
B. Pemeriksaan Fisik Dilakukan kepada pasien yang bersangkutan pada hari Kamis, 2 Februari 2012, di Puskesmas Kutai.
Survai Umum - Status Penampilan Kesehatan
:
Pasien
dapat
tampak -
perut bagian Tanda-tanda Distres Warna Kulit
berjalan
namun
sambil memegangi epigastrik : Tidak ada : Normal sawo matang
2
-
Postur dan Bentuk Tubuh : Rata-rata, proporsional Perkembangan Seksual : Baik Aktivitas Motorik, Cara Berjalan : Normal Cara Berpakaian, Rias, Higiene : Pakaian normal, bersih Bau Badan atau Bau Napas : Normal Ekspresi Wajah : Normal Bicara : Kecepatan normal, tidak gagap
Data Antopometri - Berat Badan : 52 kg - Tinggi Badan : Tidak diukur
Tanda-tanda Vital: - Suhu Tubuh - Tekanan Darah - Frekuensi Denyut Nadi - Frekuensi Pernapasan
: Tidak dilakukan pemeriksaan : 100/70 mmHg : Tidak dilakukan pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Mental: - Tingkat Kesadaran - Alam Perasaan - Pikiran dan Persepsi
: Kompos mentis : Normal : Proses berpikir normal
Kulit: Warna kulit normal dengan tekstur halus, tidak ada lesi maupun
kelainan. Tidak ada turgor. Kuku: Warna serta bentuk kuku normal dan tidak ada lesi.
Kepala: Rambut tidak terlalu tipis atau lebat, penyebaran normal, tekstur halus,
warna hitam kecoklatan. Bentuk tengkorak serta
rahang normal. Bentuk wajah normal. Mata: Posisi dan kesejajaran mata normal. Alis dan kelopak mata normal. Sclera
dan konjungtiva normal. Kornea, iris, dan lensa
normal. Pupil normal.
Telinga: - Daun Telinga: - Inspeksi : Kedua daun telinga normal - Palpasi : Tidak dilakukan palpasi pada daun telinga - Lubang Telinga dan Gendang Telinga: - Inspeksi: Lubang telinga serta gendang telinga tampak normal
Hidung dan Sinus: Bentuk hidung dan lubang hidung normal; warna
normal; tidak ada mukosa. Mulut dan Faring: Bibir tidak pucat. Lidah, mukosa oral, gusi, gigi, serta faring
normal.
Leher: Bentuk normal; panjang, diameter leher normal; tidak ada pembesaran tiroid atau kelainan lainnya.
Toraks dan Paru-paru: - Survai: Bunyi pernapasan pasien normal.
3
-
Dada Anterior: - Inpeksi: Bentuk dada anterior pasien normal, tidak ada deformitas, dan
-
-
simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada anterior pasien
-
untuk mendengar taktil fremitus. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada anterior pasien
untuk mengetahui isi paru. - Auskultasi: Bunyi napas normal. Dada Posterior: - Inpeksi: Bentuk dada posterior pasien normal, tidak ada -
deformitas, dan simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada posterior pasien
-
untuk mendengar taktil fremitus. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada posterior pasien
-
untuk mengetahui isi paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada dada posterior pasien
untuk mendengar bunyi napas.
Payudara dan Aksila - Payudara : Bentuk -
simetris. Gerak napas pasien normal dan
payudara
normal,
tidak
ada
pembengkakan. Aksila : Normal.
Sistem Kardiovaskular - Vena Jugularis: Tidak dilakukan pemeriksaan pada vena jugularis. - Jantung: - Perkusi : Tidak dilakukan perkusi untuk melihat batas -
jantung-paru. Auskultasi: Denyut jantung serta irama normal. Tidak ditemukan
pasien
adanya murmur atau gallop.
Abdomen - Inspeksi: Tidak dilakukan inspeksi pada kulit abdomen pasien. Bentuk -
abdomen pasien normal, simetris, tidak ada pembesaran
organ atau adanya massa. Auskultasi: Bising usus pasien meningkat. Palpasi: Pada saat dilakukan palpasi, terdapat rasa nyeri pada bagian
epigastrik serta setengah hipogastrik kiri (kuadran kiri
atas dengan -
pembagian 4 kuadran). Tidak ada rasa nyeri pada
palpasi di bagian lain. Palpasi Khusus: - Hepar: Tidak dilakukan palpasi pada hepar untuk mengetahui adanya -
pembesaran pada hepar maupun adanya
massa. Nyeri tekan negative. Limpa: Tidak dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya pembesaran
pada limpa serta adanya massa atau
nyeri tekan. Murphy’s sign
negative.
4
-
-
Ginjal: Ballotement tidak dilakukan. Nyeri Ketok CVA tidak
dilakukan. - Penilaian Asites: Negatif Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada abdomen pasien untuk melihat ada
tidaknya asites atau obstruksi gastrointestinal.
Genitalia: Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi pada organ genitalia
pasien. Rektum dan Anus: Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi pada rectum serta anus
pasien
Pemeriksaan Khusus (Vaskular Perifer/Muskuloskeletal/Persarafan): Tidak dilakukan.
C. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada riwayat pemeriksaan penunjang pada pasien. Uji laboratorium: - Pemeriksaan darah lengkap tidak dilakukan untuk mengetahui -
adanya infeksi. Pemeriksaan feses tidak dilakukan untuk melihat adanya darah
-
mikroskopis. Pemeriksaan fungsi hati, saluran empedu, pankreas tidak dilakukan
-
untuk mengecek adanya inflamasi pada organ tersebut. Radiologi: - Ultrasonografi / CT Scan abdomen tidak dilakukan. Urea Breath Test untuk mendeteksi adanya infeksi dari H. pylori tidak
-
dilakukan Endoskopi untuk melihat adanya lesi/ulkus/massa tidak dilakukan.
-
D. Rangkuman Pasien wanita, Ny. Y, 27 tahun; datang dengan keluhan nyeri pada daerah ulu hati menyebar sejak ± 2 jam yang lalu. Nyeri yang ia rasakan berlangsung terus menerus, terjadi langsung setelah makan pagi. Rasa nyeri disertai mual sementara. Mual tidak dimuntahkan dan tidak diobati namun hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri sempat membaik untuk sementara dengan pemberian teh manis hangat, tetapi sesaat setelah itu rasa nyeri kembali terasa. Pasien merasakan gejala yang sama 2 hari yg lalu setelah makan malam namun tanpa mual, dan diistirahatkan lalu keesokan harinya (1 hari yang lalu) pun sembuh dengan sendirinya. Pasien belum pernah merasakan hal yang sama sebelumnya. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, rokok, maupun alcohol. Pasien tidak merasakan adanya heartburn, tidak bersendawa, tidak ada disfagia. Tidak ada diare maupun konstipasi pada pasien. Berak pasien tidak berdarah. Pasien tidak demam dan tidak merasakan adanya keluhan lain. Pada pemeriksaan fisik, dengan dilakukan palpasi abdomen ditemukan adanya nyeri tekan pada bagian epigastrik. Auskultasi jantung normal tanpa
5
murmur atau gallop. Auskultasi paru normal. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, radiologi, atau tes lainnya pada pasien. E. Diagnosa dan Pengobatan Diagnosa: - Dispepsia Analisis: Terdapat rasa nyeri pada epigastrik secara terus menerus. Mual positif. Tidak ada heartburn.
Diagnosa Banding: - Gastritis Akut Analisis: Terdapat
gejala
klinis
dispepsi.
Pemeriksaan
uji
laboratorium, radiologi, endoskopi belum dilakukan.
Pengobatan: - Antasid 3x1 -
:
untuk
menetralisir
asam
lambung
sehingga
mengurangi nyeri. Cimetidin 400 mg 2x1 : untuk menghambat produksi asam lambung Domperidone 10 mg 3x1 : untuk menghilangkan rasa mual.
Pengobatan Anjuran/Tambahan: - Apabila gejala tidak sembuh dalam 4 minggu ke depan rujuk ke -
RS untuk diperiksakan lebih lanjut. Melakukan tes darah, UBT, dan
oesofagogastroskopi
untuk
mengkonfirmasi diagnosis. F. Reaksi Pasien terhadap Penyakit Feeling : Pasien merasa gejala yang dialaminya penting untuk segera
diobati Insight : Wawasan pasien mengenai penyakitnya hanya sebatas maag. Function : Gejala mengganggu aktivitasnya terutama pekerjaan pasien. Expectation : Pasien berharap rasa nyeri dan mual bisa segera hilang.
G. Rekomendasi dan Edukasi: Pasien dianjurkan untuk tetap makan secara teratur meski banyak pekerjaan yakni 3x/hari dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak asam seperti pocari sweat, jeruk nipis. Apabila tidak sembuh-sembuh, kembali ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
H. Prognosis Bonam I.
Tinjauan Penyakit Dispepsia berarti adanya rasa nyeri yang akut, kronik, maupun berulang pada bagian epigastrik abdomen. Dyspepsia harus dibedakan dengan rasa panas pada esophagus (heartburn) yang mengarah pada diagnosis gastroesophageal reflux disease (GERD). Terdapat berbagai macam penyebab dari dyspepsia, contoh yang pertama ialah intolerasi oleh makanan atau obat-obatan. Memakan terlalu banyak,
6
cepat, tinggi lemak, dapat menjadi penyebab terjadinya dyspepsia. Alcohol dan kopi merupakan minuman yang bisa merangsang nyeri lambung. Obat-obatan seperti NSAIDs, beberapa antibiotic, antidiabetes, antihipertensif, psikotropika, obat-obat hormonal juga bisa menjadi faktor risiko penyebab dari dyspepsia. Kedua, infeksi dari saluran pencernaan juga dapat menjadi penyebab dari dyspepsia. 20-50% dyspepsia disebabkan oleh infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori yang sering kali berkembangbiak di dalam lambung atau duodenum. Infeksi parasit, intoleransi laktosa, pancreatitis, cholelithiasis, cholesistitis juga dapat merupakan penyebab dyspepsia. Uji laboratorium diperlukan untuk mendiagnosis penyebab dari dyspepsia. Terapi empiris dyspepsia ialah oleh antacid, proton pump inhibitor, H2 reseptor bloker; yang berfungsi untuk menetralisir asam lambung. Untuk dyspepsia et kausa infeksi, terapi antibiotic dapat diberikan. Diferensial diagnosis dari dyspepsia meliputi gastritis, ulkus, gastroenteritis, pancreatitis, kolesistitis; yang semuanya memiliki tanda dan gejala yang mirip. Prognosis dari dyspepsia biasanya adalah baik. Kecuali dyspepsia sudah menjadi suatu symptom dari komplikasi dari penyakit lain yang dialami oleh penderita. Pola makan yang teratur sangatlah dipentingkan dalam mengurangi kembalinya gejala. Referensi:
Mhee, SJ., Maxine AP. 2010. Current Medical Diagnosis & Treatment. 49th Ed. United States: The Mc-Graw-Hill Companies. Fauci, B. K. 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine. United States: McgrawHill
2. PENYAKIT KRONIS Pada contoh penyakit kronis diambil kasus Tumor Jinak dengan keadaan demografis pasien sebagai berikut: Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 33 tahun
Alamat
: Kp. Permai
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Status:
: Menikah
No. Urut Pasien
: 001250
A. Anamnesis Didapatkan keterangan dari pasien secara autoanamnesis pada hari Kamis, 19 Januari 2012, pukul 09.00 di Puskesmas Kutai:
Keluhan Utama: - Benjolan pada dada kiri sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan: - Pusing setiap kali kelelahan.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke puskesmas sendirian. Pasien mengeluh adanya benjolan pada dada kirinya dekat ketiak sejak 3 hari yang lalu. Sebenarnya,
7
benjolan tersebut sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu, namun 3 hari ini membesar. Benjolan itu tidak pernah hilang. benjolan tersebut berukuran ±3 jari tangannya. Benjolan tersebut agak lembek dan dapat digerakkan. Pasien menyatakan bahwa tidak ada perbedaan warna pada benjolan dengan warna kulit pasien. Menurut pasien, benjolan tersebut merupakan benjolan tertutup yang bersih yang tidak mengeluarkan cairan, dengan tekstur permukaan seperti kulit pasien biasanya. Benjolan tersebut tidaklah sakit, tetapi apabila pasien sedang kelelahan, tiba-tiba benjolan tersebut terasa sakit seperti nyeri atau linu. Rasa sakit terlokalisasi pada benjolan itu saja. Selain itu, benjolan juga dapat terasa sakit atau nyeri setiap kali pasien memakan ikan laut. Setiap kali rasa sakit itu muncul, pasien hanya beristirahat tanpa melakukan apapun dan rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan skala 1 (tidak sakit) hingga 10 (sakit sekali), pasien memberikan angka 6-7 setiap kali rasa sakit itu terasa. Beberapa tahun lalu, pasien tidak sedang melakukan apapun namun tiba-tiba saja muncul benjolan pada dada bagian kiri dekat ketiaknya. Awalnya, benjolan itu hanyalah kecil dengan ukuran ±1 cm, lembek dan dapat digerakkan. Rasa sakit pada benjolan hanya terjadi beberapa kali dan tidak parah, hanya pada saat pasien kelalahan atau memakan ikan laut saja. Namun pada saat itu pasien tidak terlalu mempedulikannya hingga saat ini benjolan itu ternyata disadari oleh pasien telah membesar. Pasien menyangkal adanya benjolan di tempat lain ataupun pada dada sebelah kanan, hanya satu benjolan itu saja. Pasien pernah mencoba mengobatinya dengan mengkonsumsi obat-obatan tradisional seperti sirsak yang ditumbuk halus, namun pasien tidak melihat adanya perbedaan pada benjolan tersebut. Pasien tidak merasakan adanya perbedaan bentuk pada payudaranya secara keseluruhan baik kiri maupun kanan. Pasien menyatakan tidak ada perbedaan ukuran pada payudaranya dari dulu hingga saat ini. Pasien juga menyatakan payudaranya simetris. Warnanya tetap normal seperti biasa, tidak kemerahan. Pasien tidak merasakan adanya rasa nyeri pada kedua payudara. Tidak ada cairan yang keluar dari payudara pasien, baik dipencet maupun tidak dipencet. Tekstur kulit payudara pasien sama seperti biasanya, tidak berkerut maupun tertarik. Pasien mengerti apa itu SARARI, ia pernah sesekali melakukannya dan pasien mengaku hasilnya normal. Terakhir kali ia memeriksa lagi sekitar bulan lalu dan hasilnya tetap normal. Dahulu kala, pasien pernah memberikan ASI eksklusif kepada semua anaknya. Pasien mengaku sedang menggunakan KB suntik untuk mencegah kehamilan. Pasien sudah menggunakannya selama bertahun-tahun dan merasa nyaman memakainya tanpa disertai keluhan.
8
Pasien juga sempat mengeluh terkadang pusing tiap kali kelelahan. Namun
pasien
menyatakan
bahwa
pusing
yang
ia
rasakan
tidak
mengganggu aktivitasnya dan pasien menyatakan bahwa ia sudah terbiasa. Pusing yang ia rasakan hanya berlangsung sementara pada daerah dahi. Selain itu, pasien memiliki keluhan lain seperti demam, mual, muntah, dan sebagainya. Pasien tidak
ada
alergi
apapun.
Pasien
tidak
merokok,
tidak
mengkonsumsi alcohol, serta tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Riwayat Penyakit Dahulu: - Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama. - Pasien tidak pernah didiagnosis kanker pada payudara maupun pada bagian tubuh yang lain sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga: - Pasien menyatakan bahwa kedua orangtua maupun kakek dan nenek -
pasien tidak ada yang pernah mengalami hal yang sam Riwayat penyakit kanker pada keturunan, sanak saudara, serta keluarga
-
pasien disangkal. Pasien sudah bersuami dan memiliki 4 anak yang kesemuanya tidak sedang menderita suatu penyakit apapun.
Kebiasaan/Gaya Hidup: - Pasien jarang membeli makanan dari luar dan lebih sering makan di -
rumah. Pasien tidak
-
berolahraga. Pasien tidak merokok serta tidak mengkonsumsi alcohol.
mengkontrol
berat
badan
tetapi
lumayan
sering
B. Pemeriksaan Fisik Dilakukan kepada pasien yang bersangkutan pada hari Kamis, 2 Februari 2012, di Puskesmas Kutai.
Survai Umum - Status Penampilan Kesehatan : Tampak baik - Tanda-tanda Distres : Tidak ada - Warna Kulit : Normal sawo matang - Bentuk dan Postur Tubuh : Gemuk padat - Perkembangan Seksual : Baik - Aktivitas Motorik, Cara Berjalan : Normal - Cara Berpakaian, Rias, Higiene : Pakaian normal, berjilbab, bersih - Bau Badan atau Bau Napas : Normal - Ekspresi Wajah : Normal - Bicara : Kecepatan normal, tidak gagap
Data Antopometri - Berat Badan - Tinggi Badan
: Tidak diukur : Tidak diukur
9
Tanda-tanda Vital - Suhu Tubuh : Tidak dilakukan pemeriksaan - Tekanan Darah : 100/70 mmHg - Frekuensi Denyut Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan - Frekuensi Pernapasan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Mental - Tingkat Kesadaran : Kompos mentis - Alam Perasaan : Normal - Pikiran dan Persepsi : Proses berpikir normal
Kulit: Warna kulit secara keseluruhan normal dengan tekstur halus, sedikit ada kerutan
halus pada wajah, tidak ada lesi, massa, maupun kelainan
lain. Tidak ada turgor. Kuku: Warna serta bentuk kuku normal dan tidak ada lesi.
Kepala: Rambut tidak tampak. Bentuk tengkorak serta rahang normal. Bentuk
wajah normal. Mata: Posisi dan kesejajaran mata normal. Alis dan kelopak mata normal.
Sclera dan konjungtiva normal. Kornea, iris, dan lensa normal. Pupil normal. Telinga: - Daun Telinga: - Inspeksi: Daun telinga tidak tampak oleh karena jilbab. - Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada daun telinga. - Lubang Telinga dan Gendang Telinga: Tidak dilakukan pemeriksaan.
Hidung dan Sinus: Bentuk hidung dan lubang hidung normal; warna normal;
tidak ada lendir atau darah. Mulut dan Faring: Bentuk bibir normal, warna coklat gelap. Lidah, mukosa
oral, gusi, gigi, serta faring normal. Leher: Bentuk normal, agak pendek, diameter leher normal, tidak ada pembesaran tiroid
atau kelainan lainnya.
Toraks dan Paru-paru - Survai: Bunyi pernapasan pasien normal. - Dada Anterior: - Inpeksi: Bentuk dada anterior pasien normal, tidak ada deformitas, dan simetris. Gerak napas pasien normal dan
-
-
simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada anterior pasien
-
untuk mendengar taktil fremitus. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada anterior pasien
-
untuk mengetahui isi paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada dada anterior
pasien untuk mendengar bunyi napas. Dada Posterior: - Inpeksi: Bentuk dada posterior pasien normal, tidak ada -
deformitas, dan simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada posterior pasien untuk mendengar taktil fremitus.
10
-
Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada posterior pasien
-
untuk mengetahui isi paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada dada posterior pasien untuk mendengar bunyi napas.
Payudara dan Aksila - Payudara: Bentuk
payudara
pemeriksaan lebih -
pasien
normal.
Tidak
dilakukan
lanjut seperti inspeksi maupun palpasi pada
payudara pasien. Aksila: Inspeksi: Terdapat massa atau nodul oval soliter dengan diameter ± 2,5 cm
pada kuadran atas luar payudara kiri pasien.
Nodul bertekstur halus
seperti kulit biasa dan berwarna seperti
warna kulit pasien. Tidak
ditemukan
infeksi atau inflamasi pada nodul. Tidak massa
atau
nodul
di
tempat
lain,
tanda-tanda ditemukan
serta
tidak
ditemukan
kelainan lainnya. Palpasi: Permukaan nodul rata. Nodul berkonsistensi agak lunak serta dapat
digerakkan,
maupun tekanan pada nodul
rasa
nyeri
pada
gerakan
disangkal.
Sistem Kardiovaskular - Vena Jugularis: Tidak dilakukan pemeriksaan pada vena jugularis. - Jantung: - Perkusi: Tidak dilakukan perkusi untuk melihat batas jantung-
paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi untuk mendengar denyut jantung pasien.
Abdomen - Inspeksi: Tidak dilakukan inspeksi pada kulit abdomen pasien. Bentuk abdomen pasien normal, simetris, tidak ada pembesaran -
organ atau adanya massa. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada abdomen pasien untuk
-
mendengar bising usus atau adanya bruits. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada abdomen pasien untuk mengetahui adanya kekakuan dan nyeri tekan serta ada tidaknya
-
massa. Palpasi Khusus: - Hepar: Tidak dilakukan palpasi pada hepar untuk mengetahui adanya pembesaran pada hepar maupun adanya massa -
serta nyeri tekan. Limpa: Tidak dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya
-
pembesaran pada limpa. Ginjal: Tidak dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya pembesaran pada ginjal serta adanya nyeri tekan.
11
-
Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada abdomen pasien untuk melihat ada tidaknya asites atau obstruksi gastrointestinal.
Genitalia: Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi pada organ genitalia
pasien. Rektum dan Anus: Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi pada rectum serta anus
Pemeriksaan
pasien Khusus
(Vaskular
Perifer/Muskuloskeletal/Persarafan): Tidak dilakukan pemeriksaan khusus pada pasien. C. Pemeriksaan Penunjang Riwayat pemeriksaan penunjang: - Pasien pernah melakukan SARARI.
Pemeriksaan penunjang: - Mamografi tidak dilakukan - USG payudara tidak dilakukan - Aspirasi maupun biopsi kelenjar payudara tidak dilakukan
D. Rangkuman Pasien wanita, Ny. S, 33 tahun, menikah, datang dan mengeluh adanya benjolan pada payudara kiri dekat ketiak yang sudah ada dari beberapa tahun yang lalu namun sejak 3 hari yang lalu membesar. Ukuran benjolan sebelumnya ialah 1 cm, 3 hari yang lalu diperiksa kembali oleh pasien dan membesar menjadi ± 3 jari tangannya. Konsistensi benjolan lembek, dapat digerakkan, berwarna seperti warna kulit. Benjolan terkadang terasa sakit sekitar 6-7 dari 1 hingga 10 hanya apabila pasien sedang kelelahan tanpa ada penyebaran. Pasien tidak memiliki keluhan lain seperti demam, mual, muntah, dan sebagainya. Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Pasien tidak pernah didiagnosis kanker sebelumnya. Pasien menyangkal adanya riwayat kanker pada keluarga pasien. Pasien pernah memberikan ASI eksklusif. Pasien sedang menggunakan KB injeksi untuk mencegah kehamilan. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan nodul soliter berdiameter ±2,5 cm, berpermukaan halus, dan berwarna seperti kulit pasien di sekitar nodul. Nodul berkonsistensi lunak, tidak nyeri, serta dapat digerakkan. Nodul tidak mengeluarkan cairan. Tidak ada kelainan apapun pada kedua payudara pasien. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut terhadap pasien. E. Diagnosa dan Pengobatan Diagnosa: - Kista Payudara Analisis: Terdapa nodul soliter berbentuk oval dapat digerakkan pada payudara kiri pasien, serta rasa nyeri pada nodul yang hilang timbul. Sering terjadi pada pasien berumur 30-50 tahun.
12
Diagnosa Banding: - Fibroadenoma Payudara Analisis: Terdapa nodul soliter berbentuk oval dapat digerakkan pada payudara kiri pasien, serta rasa nyeri pada nodul yang hilang timbul. -
Kanker Payudara Benigna Analisis: Nodul soliter tanpa rasa nyeri, berbatas jelas. Sering terjadi pada
pasien berumur >30 tahun.
Pengobatan: - Ibuprofen 3x1: untuk menghilangkan nyeri pada payudara pada saat kambuh.
Pengobatan Anjuran: - Dilakukan FNAB untuk mengkonfirmasi diagnosis dan melaksanakan rencana terapi pada pasien
F. Reaksi Pasien terhadap Penyakit: Feeling : Pasien merasa sedikit khawatir terhadap benjolan yang ia miliki. Insight : Pasien merasa penyakit yang ia alami belum parah dan dapat
segera Function
ditangani. : Gejala yang dialami pasien mulai mengganggu aktivitasnya
sehari-hari. Expectation dapat hilang atau
: Harapan pasien mengenai penyakitnya yakni benjolan mengecil, dan rasa nyeri dapat ditangani.
G. Rekomendasi dan Edukasi Pasien dianjurkan menghentikan suntik KB rutin yang dicurigai menjadi penyebab timbulnya nodul pada payudara pasien. Pasien dianjurkan
menggantinya dengan KB non-hormonal seperti kondom, atau kalender. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut di Rumah Sakit terhadap nodul yang dimilikinya yakni mamografi apabila sempat. Namun diduga kemungkinan nodul dapat mengecil dengan sendirinya apabila pasien menghentikan suntik KB.
H. Prognosis Dubia ad bonam I.
Tinjauan Penyakit Pada beberapa wanita, fluktuasi hormon selama siklus menstruasi dapat menciptakan kista payudara. Kista payudara adalah kantung berisi cairan yang tidak berbahaya. Kantung ini tumbuh dan membesar di kelenjar susu dan jaringan sekitarnya. Ketika diraba, kista payudara terasa sebagai benjolan yang halus dan licin, seperti balon air. Selain berbentuk benjolan, kista juga dapat menimbulkan penebalan pada jaringan payudara. Kista payudara biasanya tumbuh di kedua sisi payudara, yang dapat berubah-ubah ukuran dan kepadatannya selama siklus menstruasi Anda. Kista payudara dapat tunggal atau jamak (multipel), yang berada di dekat permukaan atau lebih dalam, di dekat dinding dada. Jika kista lebih dekat dengan permukaan, Kista payudara
13
umumnya muncul pada wanita usia 30 sampai 50-an, tapi paling sering ditemukan pada wanita yang mendekati menopause. Wanita pasca menopause kurang cenderung memiliki kondisi ini. Kista payudara tidak memerlukan pengobatan, tetapi dokter Anda dapat menyarankan tindakan medis untuk menghapusnya. Dokter dapat melakukan aspirasi jarum halus dengan jarum suntik. Prosedur ini menyedot cairan dari dalam kista sehingga membuatnya kempis. Fibroadenoma adalah tumor jinak yang paling umum ditemukan pada payudara wanita. Bentuknya berupa benjolan padat, bulat, dan kenyal yang bergerak bebas pada payudara ketika didorong dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Fibroadenoma adalah hasil dari pertumbuhan berlebihan pada kelenjar penghasil susu (lobulus) dan jaringan payudara di sekitarnya. Fibroadenoma paling sering ditemukan pada wanita usia antara 20 dan 30-an. Kecuali pada kasus yang jarang terjadi, tumor ini tidak berkembang menjadi kanker dan biasanya mengecil sendiri setelah menopause. Adanya massa pada payudara belum tentu kanker, namun diagnosis kanker dapat dicurigai apabila umur pasien secara epidemiologi pada rentang kasus mayor terjadinya penyakit. Diagnosis hanya dapat ditegakkan apabila aspirasi (FNAB) pada kelenjar payudara sudah dilakukan dan hasilnya telah dikonfirmasi. Referensi:
Mhee, SJ., Maxine AP. 2010. Current Medical Diagnosis & Treatment. 49th Ed. United States: The Mc-Graw-Hill Companies. Salma, dr. 2011. Artikel Majalah-Kesehatan: Benjolan di Payudara, Biasanya Bukan Kanker.
14
3.
MATERNAL Pada contoh maternal diambil kasus gejala yang menyertai ibu hamil dengan keadaan demografis pasien sebagai berikut: Nama : Ny. N Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Suami : Tn. D
Umur
: 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Harkit
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Harkit
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan
Status
: Menikah
Swasta
No. Urut Pasien
: 11377
Agama
: Islam
Status
: Menikah
A. Anamnesis Didapatkan keterangan dari pasien secara autoanamnesis pada hari Kamis, 2 Februari 2012, pukul 09.00 di Puskesmas Kutai. Pasien datang bersama dengan suaminya ke puskesmas Pasien ingin melakukan pemeriksaan karena ia menduga dia sedang hamil. Pasien merasa bahwa perutnya seperti ada isi atau penuh. Kemarin, pasien melakukan pemeriksaan urin dan hasilnya positif, oleh sebab itu pasien mengunjungi puskesmas pagi ini untuk mengecek apakah tes itu benar menunjukkan bahwa ia sedang hamil. Pasien juga memiliki keluhan lain seperti mual, pusing, dan buang air besar yang kurang lancar semenjak beberapa hari yang lalu. Mual yang dirasakan pasien tidak spesifik dan membuat nafsu makannya pun sedikit berkurang. Terkadang, pasien juga merasakan pusing pada dahi. Pasien merasa bahwa kemungkinan pusingnya dikarenakan oleh kurang makan. Buang air besar pasien juga kurang lancar. Namun, ketika pasien berhasil buang air besar, tidaklah banyak dan tidak keras, berwarna coklat agak tua. Pasien tidak mengeluhkan hal lain selain yang telah disebutkan di atas. Pasien tidak pernah mengidap penyakit apapun sebelumnya. Pasien juga merasakan adanya sedikit perubahan fisik yakni payudara yang terasa lebih penuh, namun tidak mengeluarkan cairan apapun. Pasien juga menjadi lebih sering buang air kecil. Pasien sebelumnya pernah menggunakan KB suntik 3 bulan yang lalu karena ia tidak ingin punya anak terlebih dahulu. Namun, kehamilannya saat ini memang telah diharapkan. Pasien mengalami menstruasi terakhir kurang lebih 2 bulan yang lalu, dan pasien tidak melihat adanya bercak darah sedikit pun, ataupun cairan setelah 2 bulan tersebut.
Riwayat Kehamilan - Riwayat Menstruasi: HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
: 19 Desember 2011
15
HTP (Hari Taksiran Persalinan) : Pergerakan Fetus : Pergerakan Fetus Pertama Kali: Pola Makan :
makan Aktivitas Sehari-hari Imunisasi -
26 September 2012 Belum terjadi Belum terjadi 3 kali per hari sebelum nafsu
berkurang : Ibu rumah tangga : Belum dilakukan
vaksinasi
kehamilan Riwayat Hamil yang Lalu: Merupakan kehamilan yang pertama
Status Kesehatan - Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita: Tidak ada - Riwayat Penyakit yang Sedang Diderita: Tidak ada. - Alat Kontrasepsi: Suntik KB 3 bulan sebelum kehamilan saat ini - Pasien tidak ada riwayat alergi
Riwayat Penyakit Keluarga - Seluruh anggota keluarga sehat.
Lain-lain - Status gizi pasien cukup baik - Kehamilan ini tidak mengganggu aktivitas pasien. - Suami pasien tidak merokok ataupun alcohol.
Kebiasan/Gaya Hidup - Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
B. Pemeriksaan Fisik Dilakukan kepada pasien yang bersangkutan pada hari Kamis, 2 Februari 2012, di Puskesmas Kutai.
Survai Umum - Status Penampilan Kesehatan : Tampak Baik - Tanda-tanda Distres : Tidak ada - Warna Kulit : Normal sawo matang - Postur dan Bentuk Tubuh : Gemuk - Perkembangan Seksual : Baik - Aktivitas Motorik, Cara Berjalan : Normal - Cara Berpakaian, Rias, Higiene : Pakaian normal, bersih - Bau Badan atau Bau Napas : Normal - Ekspresi Wajah : Normal - Bicara : Kecepatan normal, tidak gagap
Data -
Antopometri Berat Badan Sebelum Hamil : Tidak ditimbang Berat Badan Sekarang : 70 kg Tinggi Badan : ± 155 cm BMI : 29,1 Lingkar Tangan : 28 cm
16
Tanda-tanda Vital - Suhu Tubuh - Tekanan Darah - Frekuensi Denyut Nadi - Frekuensi Pernapasan
: Tidak dilakukan pemeriksaan : 100/70 mmHg : Tidak dilakukan pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Mental - Tingkat Kesadaran - Alam Perasaan - Pikiran dan Persepsi
: Kompos mentis : Normal : Proses berpikir normal
Kehamilan dan Janin - Tinggi Fundus: 2 jari di atas pubis - Riwayat Obstetrik: Gravida 1; Partus 0; Abortus 0; Hidup 0 - Leopold: Tidak dilakukan pemeriksaan Leopold untuk memprediksi posisi
janin.
Payudara dan Aksila - Payudara: Bentuk payudara pasien normal. Besar payudara pasien normal.
Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi lebih
-
lanjut. Montgomery: Tidak dilakukan rangsang untuk mengeluarkan
-
Aksila: Normal
kolostrum.
Organ Genitalia - Tidak dilakukan inspeksi genitalia eksternal - Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulum untuk melihat perubahan
fisiologis servix dan sekitarnya Tidak dilakukan pemeriksaan bimanual.
Kulit: Warna kulit seperti sawo matang. Tidak ada kloasma gravidarum pada wajah.
Tidak ada striae gravidarum pada abdomen. Tidak ada
eritema pada palmar.
Tidak ada turgor. Tidak ada pembengkakan pada
seluruh tungkai kaki, tangan,
maupun bagian lainnya.
Mata: Posisi dan kesejajaran mata normal. Alis dan kelopak mata normal. Sclera dan
konjungtiva tidak pucat.
Telinga: - Daun Telinga: - Inspeksi: Normal - Palpasi: Tidak dilakukan palpasi - Lubang Telinga dan Gendang Telinga: - Inspeksi: Normal
Hidung dan Sinus: Bentuk hidung dan lubang hidung normal, tidak ada mukosa atau
darah.
17
Mulut dan Faring: Warna dan bentuk bibir normal. Tidak ada pembesaran
gigi. Tidak dilakukan pemeriksaan pada faring. Leher: Bentuk normal, diameter leher agak lebar, tidak ada pembesaran tiroid atau
kelainan lainnya.
Toraks dan Paru-paru - Survai: Bunyi serta pola pernapasan pasien normal. - Dada Anterior: - Inpeksi: Bentuk dada anterior pasien normal, tidak ada deformitas, dan simetris. Gerak napas pasien normal dan
-
-
simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada anterior pasien
-
untuk mendengar taktil fremitus. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada anterior pasien
-
untuk mengetahui isi paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada dada anterior
pasien untuk mendengar bunyi napas. Dada Posterior: - Inpeksi: Bentuk dada posterior pasien normal, tidak ada -
deformitas, dan simetris. Palpasi: Tidak dilakukan palpasi pada dada posterior pasien
-
untuk mendengar taktil fremitus. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada dada posterior pasien
-
untuk mengetahui isi paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada dada posterior pasien untuk mendengar bunyi napas.
Sistem Kardiovaskular - Vena Jugularis: Tidak dilakukan pemeriksaan pada vena jugularis. - Jantung: - Palpasi: Tidak dilakukan palpasi untuk merasakan denyut -
jantung. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi untuk melihat batas jantung-
-
paru. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi untuk mendengar denyut jantung pasien.
Abdomen - Inspeksi: Bentuk abdomen pasien normal, simetris, pembesaran pada perut -
striae. Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi pada abdomen pasien untuk mendengar
-
belum terlalu signifikan. Tidak ada
bising usus atau adanya bruits, serta
denyut jantung janin. Palpasi: Dilakukan palpasi ringan pada daerah hipogastrik. Palpasi Khusus: - Hepar: Tidak dilakukan palpasi pada hepar untuk mengetahui adanya
pembesaran pada hepar maupun adanya
massa serta nyeri tekan.
18
-
-
Limpa: Tidak dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya
-
pembesaran pada limpa. Ginjal: Tidak dilakukan palpasi untuk mengetahui adanya
pembesaran pada ginjal serta adanya nyeri tekan. Perkusi: Tidak dilakukan perkusi pada abdomen pasien untuk melihat ada
tidaknya asites atau obstruksi gastrointestinal.
Rektum dan Anus: Tidak dilakukan inspeksi dan palpasi pada rectum
serta anus pasien Pemeriksaan Khusus (Vaskular Perifer/Muskuloskeletal/Persarafan): Dilakukan pemeriksaan pada tungkai bawah, pada hasil inspeksi tidak ditemukan adanya edema ataupun varises vena. Tidak dilakukan pemeriksaan Muskuloskeletal punggung pasien karena tidak adanya keluhan rasa tertekan pada punggung.
C. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium: - Pemeriksaan Darah: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk mengecek -
kadar β-hcG. Urinalisis: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk mengecek kadar β-hcG. Fungsi Hati: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk screening penyakit hati. Uji Serologi: Tidak dilakukan pemeriksaan untukk screeningadanya
-
infeksi. Pap Smear: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk screening kelainan pada organ
genitalia
Pemeriksaan Radiologi: - USG: Tidak dilakukan untuk mengecek perkembangan janin. - Doppler: Tidak dilakukan untuk mendengar denyut jantung janin.
Tes Janin: - β-hcG: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk mengecek kadar normal. - Amniosintesis: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk screening kesehatan -
janin. Kariotipe/hematokrit/kematangan paru: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk
-
memeriksa
pertumbuhan
paru
janin. Non-stress/stress tes: Tidak dilakukan pemeriksaan untuk memeriksa kesehatan jantung janin.
D. Rangkuman Pasien, Ny. N, 24 tahun, datang ke puskesmas bersama suaminya untuk melakukan pengecekan untuk kehamilannya yang pertama. Riwayat kehamilan G1P0A0. Secara keseluruhan kondisi pasien serta kehamilannya baik. Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun selama kehamilan. Namun beberapa hari yang lalu pasien merasakan mual serta pusing dan nafsu makannya pun berkurang.
Pola
makan
pasien diragukan
akhir-akhir
ini.
Pasen
belum
19
diimunisasi untuk kehamilan yang sekarang. Pasien belum mengkonsumsi vitamin ataupun suplemen seperti zat besi dan sebagainya. Pada pemeriksaan fisik, konjunctiva pasien normal, tidak ada kloaka gravidarum.
Abdomen
tidak
ditemukan
bekas
luka,
tidak
ada
striae
gravidarum. Tinggi fundus normal (2 jari di atas pubis). Pemeriksaan ekstremitas tidak ada palmar erythema. Tidak ada edema pada kaki atau tangan. Tidak ada varises pada kaki. Pemeriksaan Leopold tidak dilakukan. Belum ada pergerakan fetus. Tekanan darah pasien normal. Tes laboratorium, USG, dan pemeriksaan penunjang lain untuk pasien dan fetus tidak dilakukan. E. Diagnosa dan Pengobatan Diagnosa: - Hamil 5 minggu Analisis: Gravida 1, Partus 0, Abortus 0
Diagnosa Banding: - Tidak ada.
Pengobatan: - Ferrous Sulfat 1x1 untuk 1 bulan pertama - Vitamin C 2x1 selama 3 bulan - Vitamin B Complex 2x1
Pengobatan Anjuran/Tambahan: - Susu ibu hamil
F. Reaksi Pasien terhadap Penyakit Feeling : Pasien menduga bahwa ia positif hamil. Insight : Pasien merasa kehamilan merupakan proses yang fisiologis. Function : Pasien tetap melakukan aktivitas sehari-harinya seperti biasa. Expectation : Pasien mengharapkan kehamilan ini berjalan dengan lancar. G. Edukasi dan Rekomendasi Pasien wajib membeli buku kontrol kehamilan serta membaca panduan
yang tertera di dalamnya. Pasien harus memeriksa kandungannya lagi pada bulan maret awal Pasien juga harus vaksinasi suntik TT Tetap memakan makanan 4 sehat 5 sempurna meskipun nafsu makan
berkurang demi kesehatan janin. Meminum susu untuk ibu hamil secara teratur Pasien tidak boleh meminum jamu, soda, maupun alcohol. Pasien tidak boleh meminum teh terlalu berlebihan. Tambahkan suplemen atau vitamin bila perlu. Peningkatan berat badan tidak dianjurkan terlalu banyak oleh karena badannya yang sudah cukup gemuk (±7kg hingga mendekati hari persalinan)
20
H. Pronosis Kehamilan Bonam
I.
Tinjauan Pustaka Kehamilan adalah suatu keadaan di mana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Kehamilan berlangsung rata-rata selama 266 hari (38 minggu) dari masa pembuahan atau 280 hari (40 minggu) dari hari pertama menstruasi. Persalinan dalam waktu 2 minggu sebelum maupun sesudah perkiraan persalinan masih dianggap normal. Kehamilan terbagi menjadi periode 3 bulanan yang disebut sebagai: Trimester pertama (minggu 1-12), Trimester kedua (minggu 13-24), dan Trimester ketiga (minggu 25-persalinan). Pada awal kehamilan, wanita hamil bisa mengalami pembengkakan payudara serta mual, kadang disertai muntah. Pembengkakan payudara terjadi akibat bertambahnya kadar hormone wanita terutama estrogen, juga progesterone). Mual dan muntah terjadi akibat estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Kedua hormone ini membantu memelihara kehamilan dan mulai dihasilkan oleh plasenta pada sekitar 10 hari setelah pembuahan. Pada awal kehamilan, banyak wanita yang merasa sangat lelah dann beberapa wanita mengalami perut kembung. Jika seorang wanita hamil, serviksnya lebih lunak dan rahim juga lebih lunak serta membesar. Biasanya vagina dan serviks menjadi kebiruan hingga ungu, karena pembuluhnya penuh terisi darah. Perubahan ini bisa terlihat pada pemeriksaan panggul. Selama kehamilan, rahim terus membesar. Pada kehamilan 12 minggu, rahim membesar keluar panggul, yaitu kea rah perut dan biasanya dapat dirasakan jika dokter memeriksa perut bagian bawah. Rahim terus membesar sampai setinggi pusar pada kehamilan 20 minggu dan sampai ke tulang iga bagian bawah pada usakehamilan 36 minggu. Kebutuhan kalori selama kehamilan harus ditambah sekitar 250 kalori agar tersedia zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan janin. Sebaiknya konsumsi makanan yang bergizi seimbang dna hindari makanan yang terlalu asin dan banyak pengawet. Kebutuhan zat besi juga berguna namun dapat menyebabkan gangguan lambung ringan serta sembelit. Terdapat perkecualian khusus terhadap wanita yang gemuk atau kurus dalam peningkatan berat badan. Dianjurkan peningkatan berat badan banyak pada wanita dengan BMI di bawah rata-rata, sedangkan peningkatan berat badan harus lebih dikontrol pada wanita dengan BMI di atas rata-rata untuk menghindari kesulitan dalam melahirkan bayi oleh karena lebih berat. Referensi: Cunningham, et al. 2010. William Obstetrics. 23rd Ed. United States: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pregnancy
21